Sejarah Ekonomi Indonesia: Sistem Monopoli VOC
2/3.2 Sistem Monopoli VOC
Kebijakan pemerintah
kolonial yang paling lama di Indonesia adalah monopoli perdagangan oleh VOC.
Dua abad sejak berdiri, pengaruh VOC baik di bidang ekonomi maupun politik
sudah tersebar di berbagai wilayah Indonesia. VOC telah mengambil banyak
keuntungandari pelaksanaan monopoli perdagangan terutama rempah-rempah.
Zaman kolonial di Indonesia sesungguhnya sudah climulai sejak tahun 1511 setelah bangsa Portugis menduduki Malaka dan tahun kemudian menduduki Maluku. Kolonialisme berasaI dari nama seorang petani Romawi yaitu Colonus yang pergi jauh untuk mencari tanah yang belum dikerjakan. Lama-lama banyak orang yang tertarik dan mengikuti jejaknya. Mereka kemudian bersama-sama menetap di suatu tempat yang baru tersebut yang kemudian disebut colonia.
VOC yang berdiri pada tanggal 20 Maret 1602 tersebut terus berkembang dan berhasil menguasai beberapa daerah penghasil rempah-rempah di Indonesia, hal ini karena VOC merupakan wakil resmi dari kerajaan Belanda dengan diberikan hak Octrooi (hak istimewa) antara lain:
·
Hak monopoli perdagangan
·
Hak mencetak dan mengeluarkan uang
·
Hak mengadakan perjanjian
·
Hak mengumurnkan perang
·
Hak menjalankan kekuasaan kehakiman
·
Hak memungut pajak
·
Hak memiliki angkatan perang
·
Hak menyelenggarakan pemerintahan
sendiri
Dengan hak-hak istimewa yang dimiliki
oleh VOC, maka kongsi dagang yang sering disebut Kompeni ini berkembang dengan
cepat. Kedudukan Portugis mulai terdesak, dan bendera Kompeni mulai berkibar. Pada
saat itu, dalam upaya memperlancar aktivitas organisasi, VOC pada tahun 1610
memutuskan untuk membentuk jabatan Gouverneur Generaal sebagai wakil Heeren
XVII di Asia, yang pada waktu itu berkedudukan di Maluku. Gubernur Jenderal VOC
pertama Pieter Booth.
Kebijakan ekspansif itu semakin mudah
untuk diwujudkan ketika Jan Pieterszoon Coen yang bersemboyan "tidak ada
perdagangan tanpa perang dan juga tidak ada perang tanpa perdagangan"
diangkat menjadi Gouverneur Generaal pada tahun 1619. Ia memindahkan pos dagang
VOC di Banten dan kantor pusat VOC dari Maluku ke Batavia, dalam persaingan
dengan sesama Barat memperkuat kepercayaan diri VOC, sehingga Portugis terpaksa
harus segera pergi dari kepulauan Maluku dan kemudian menyerahkan Melaka kepada
VOC pada tahun 1641. Sebelum itu, Belanda dengan keunggulan senjata dan
memanfaatkan kompetisi dan konflik di antara penguasa lokalnya, berhasil
memonopoli perdagangan pala, fuli dan cengkeh di Maluku.
Bentuk aturan paksaaan VOC yang
diterapkan di Indonesia, antara lain:
a) Aturan
monopoli dagang, yaitu menguasai sendiri seluruh perdagangan rempah-rempah di
Indonesia
b) Contingen
Stelsel, yaitu pajak yang harus dibayar oleh rakyat dengan menyerahkan hasil
bumi
c) Verplichte
Leverantie, yaitu kewajiban menjual hasil bumi hanya kepada VOC dengan harga
yang telah ditetapkan
d) Preangerstelsel,
yaitu kewajiban yang dibebankan kepada rakyat Priangan untuk menanam kopi.
Kompeni mengikat raja-raja dengan
berbagai perjanjian yang merugikan. Makin lama Kompeni makin berubah menjadi
kekuatan yang tidak hanya berdagang, tetapi ikut mengendalikan pemerintahan di
Indonesia. Kompeni mempunyai pegawai dan anggota tentara yang semakin banyak.
Daerah kekuasaannya pun semakin luas. Tentu Kompeni membutuhkan biaya besar
untuk memelihara pegawai dan tentaranya. Biaya itu diambil dari penduduk. Pada
zaman kompeni penduduk kerajaan-kerajaan diharuskan menyerahkan hasil bumi
seperti beras, lada, kopi, rempah-rempah, kayu jati dan lain sebagainya kepada
VOC.
Hasil bumi itu harus dikumpulkan pada
kepala desa dan untuk setiap desa ditetapkan jatah tertentu. Kemudian kepala
desa menyerahkannya kepada bupati untuk disampaikan kepada Kompeni. Tentu saja
Kompeni tidak mendapatkannya dengan gratis, tetapi juga memberi imbalan berupa
harga hasil bumi itu. Tetapi harga itu ditetapkan oleh Kompeni, dan tidak ada
tawar-menawar terlebih dahulu. Lagi pula, uang harga pembelian itu tidak untuk
sampai ke tangan petani di desa-desa. Biasanya uang itu sudah dipotong oleh
pegawai-pegawai VOC maupun oleh kepala-kepala daerah pribumi.
Comments
Post a Comment