Masalah Sosial-Politik Di Indonesia
Masalah Sosial-Politik Tantangan Bagi Konsolidasi Demokrasi
Di Indonesia
Sejak
reformasi bangsa Indonesia menghadapi berbagai permasalahan baik kecil, sedang
dan besar. Masalah sosial dan politik masih menjadi tantangan yang
mengkhawatirkan bagi konsolidasi demokrasi.
“Persoalan hukum dan ekonomi juga masih menjadi persoalan berat bagi kelangsungan bangsa. Kekerasan komunal masih terjadi di wilayah Indonesia. Politik uang masih mewarnai setiap kontestasi Pemilu baik legislatif maupun pemilihan kepala daerah. Kemiskinan semakin bertambah,” ujar anggota Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR) RI Martin Hutabarat dalam releasenya yang diterima di Jakarta, Senin (22/6).
Hal itu dikemukakan Marthin dalam seminar nasional hasil kerjasama Fraksi Partai Gerindra MPR dengan Perempuan Indonesia Raya (PIRA) tersebut, mengangkat tema “Pancasila Pemersatu Bangsa Indonesia, di Kantor DPP Partai Gerindra, Jakarta Selatan, pekan lalu.
Selain Marthin, hadir sebagai Pembicara Utama pada seminar ini adalah Hashim Djojohadikusumo tentang Pancasila sebagai Pemersatu Bangsa Indonesia dan Sumarjati Arjoso, Ketua Umum Pengurus Pusat PIRA dengan tema Pancasila sebagai falsafah negara dan perekat bangsa Indonesia.
Marthin mengatakan, segala permasalahan bangsa yang dihadapi saat ini dapat diselesaikan jika segenap elemen bangsa memegang teguh nilai-nilai Pancasila. Sejarah telah membuktikan bahwa Pancasila merupakan ideologi yang hidup yang bisa bersesuaian dengan segala permasalahan yang muncul dari waktu ke waktu.
Dia menambahkan, Pancasila adalah pilihan satu-satunya yang tersedia bagi Indonesia sejak merdeka, sekarang, dan di masa yang akan datang. Tanpa Pancasila tidak akan pernah bisa terbayangkan nasib NKRI dalam perjalanan 70 tahun yang tetap bersatu sejak merdeka hingga sekarang.
Ketua Umum PIRA, Sumarjati Arjoso mengatakan, Pancasila sebagai falsafah negara dan perekat bangsa Indonesia.
“Masa kini arus perkembangan politik dan arus globalisasi yang membawa karakter Individualistik dan neoliberal, sejatinya bertentangan dengan nilai nilai luhur Pancasila. Ini telah meracuni kehidupan berbangsa dan bernegara,” katanya.
Ia mengungkapkan, sampai dengan saat ini Kemandirian bangsa belum tercapai, ketergantungan dengan hutang masih tinggi. Dia menyayangkan masih banyak masyarakat yang kurang memahami dan menghayati nilai-nilai Pancasila.
“Tentu diperlukan untuk lebih menghayati dan mengamalkan Pancasila dengan baik, guna menjadikannya sebagai perisai menepis serangan globalisasi dan neolib untuk teguh menjadi bangsa yang adil, berdaulat, berdikari dan beradab di dalam seluruh bidang kehidupan,” tuturnya.
“Persoalan hukum dan ekonomi juga masih menjadi persoalan berat bagi kelangsungan bangsa. Kekerasan komunal masih terjadi di wilayah Indonesia. Politik uang masih mewarnai setiap kontestasi Pemilu baik legislatif maupun pemilihan kepala daerah. Kemiskinan semakin bertambah,” ujar anggota Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR) RI Martin Hutabarat dalam releasenya yang diterima di Jakarta, Senin (22/6).
Hal itu dikemukakan Marthin dalam seminar nasional hasil kerjasama Fraksi Partai Gerindra MPR dengan Perempuan Indonesia Raya (PIRA) tersebut, mengangkat tema “Pancasila Pemersatu Bangsa Indonesia, di Kantor DPP Partai Gerindra, Jakarta Selatan, pekan lalu.
Selain Marthin, hadir sebagai Pembicara Utama pada seminar ini adalah Hashim Djojohadikusumo tentang Pancasila sebagai Pemersatu Bangsa Indonesia dan Sumarjati Arjoso, Ketua Umum Pengurus Pusat PIRA dengan tema Pancasila sebagai falsafah negara dan perekat bangsa Indonesia.
Marthin mengatakan, segala permasalahan bangsa yang dihadapi saat ini dapat diselesaikan jika segenap elemen bangsa memegang teguh nilai-nilai Pancasila. Sejarah telah membuktikan bahwa Pancasila merupakan ideologi yang hidup yang bisa bersesuaian dengan segala permasalahan yang muncul dari waktu ke waktu.
Dia menambahkan, Pancasila adalah pilihan satu-satunya yang tersedia bagi Indonesia sejak merdeka, sekarang, dan di masa yang akan datang. Tanpa Pancasila tidak akan pernah bisa terbayangkan nasib NKRI dalam perjalanan 70 tahun yang tetap bersatu sejak merdeka hingga sekarang.
Ketua Umum PIRA, Sumarjati Arjoso mengatakan, Pancasila sebagai falsafah negara dan perekat bangsa Indonesia.
“Masa kini arus perkembangan politik dan arus globalisasi yang membawa karakter Individualistik dan neoliberal, sejatinya bertentangan dengan nilai nilai luhur Pancasila. Ini telah meracuni kehidupan berbangsa dan bernegara,” katanya.
Ia mengungkapkan, sampai dengan saat ini Kemandirian bangsa belum tercapai, ketergantungan dengan hutang masih tinggi. Dia menyayangkan masih banyak masyarakat yang kurang memahami dan menghayati nilai-nilai Pancasila.
“Tentu diperlukan untuk lebih menghayati dan mengamalkan Pancasila dengan baik, guna menjadikannya sebagai perisai menepis serangan globalisasi dan neolib untuk teguh menjadi bangsa yang adil, berdaulat, berdikari dan beradab di dalam seluruh bidang kehidupan,” tuturnya.
PERMASALAHAN
POLITIK DI INDONESIA
Pemilu
merupakan sesuatu yang sangat menentukan dan krusial, karena hasil dari pemilu
tersebut akan lahir pemimpin baru yang akan menentukan nasib masyarakat di
wilayah tersebut. Munculnya para calon pemimpin ini tidak lepas dari kontribusi
partai politik sebagai mesin politik yang menghubungkan calon pemimpin dengan
para pemilih yaitu masyarakat. Partai politik yang diusung oleh calon pemimpin
merupakan cerminan dari calon pemimpin yang akan dipilih oleh masyarakat nantinya.
Karena antara partai politik dan calon pemimpin pasti memiliki ideologi, visi,
misi, cita – cita dan strategi yang sejalan. Dari sana maka akan muncul
penilaian – penilaian dari masyarakat tentang partai politik tersebut dan
masyarakat dapat menentukan apakah partai politik dan calon pemimpin tersebut
layak untuk dipilih dalam pemilu karena telah memenuhi aspirasi pemilih.
Menurunnya
tingkat partisipasi masyarakat dalam pemilu yang disebabkan involusi atau
stagnannya perkembangan negara ini menyababkan terjadinya anomali dalam gaya
berpolitik khusunya dalam menarik masyarakat dan mencoba membangun kembali
kepercayaan masyarakat yang telah sampai pada titik jenuh terhadap partai
politik. Anomali ini dapat dilihat dari mulai banyaknya partai – partai politik
yang melibatkan media dalam berkampanye, lalu tidak sedikit partai politik yang
melakukan politik uang yang berdampak pada oligarki partai dan mulai maraknya
pencitraan yang dilakukan para elite politik yang berbendera partai politik.
Usaha
yang dilakukan partai politik ini membuahkan hasil seperti yang direncanakan.
Terlihat dari mulai tumbuhnya partisipasi politik dari masyarakat dan
antusiasme masyarakat dalam pemilu. Maka secara otomatis demokrasi prosedural
pun tercapai. Hanya saja yang menjadi ironi adalah demokrasi secara substansial
tidak tercapai bahkan semakin menjauh sejalan dengan strategi – strategi partai
politik yang dinilai anomali ini.
Kemudian
yang menjadi permasalahan di Indonesia adalah semakin semu nilai – nilai
multikultural yang dianut oleh bangsa Indonesia sejak dahulu. Pluralisme yang
semakin semu ini disebabkan adanya beberapa etnis yang semakin mendominasi dan
semakin mendiskriminasi etnis lain karena semakin berkuasanya etnis tersebut di
bidang ekonomi. Sebenarnya disinilah letak peran seorang pemimpin dalam
menanggulangi permasalahan ini dengan pengambilan keputusan yang tegas dan adil
agar cita – cita multikultur indonesia tidak menjadi pluralisme semu semata.
Permasalahan
yang mencuat kepermukaan saat ini disebabkan karena lemahnya penegakan hukum di
tanah air. Sistem hukum yang demokratis saat ini telah melahirkan deviasi –
deviasi ke arah anarkisme, kekerasan massa, dan tidak ada kepastian hukum yang
pada akhirnya mengorbankan rakyat. Ketidaktaatan pada hukum saat ini membuat penulis
berasumsi bahwa rakyat indonesia mangalami hipokrisi penegakan hukum, tidak
adanya kesadaran dan menghargai suatu hukum membuat asumsi ini muncul.
Seolah-olah rakyat lupa bahwa yang membuat hukum tersebut tidak lain dan tidak
bukan rakyat itu sendiri. Sehingga kita semakin jauh dari cita reformasi yaitu
menjaga demokrasi yang substansial, mewujudkan multikultur yang berlandaskan
keadilan dan menegakkan hukum yang sebenar – benarnya.
Harusnya ada solusi terbaik yg hrus di jalankan oleh masyarakat
ReplyDeleteThe Top Casinos in US for 2021 - CasinoTradeDos
ReplyDeleteTop Casinos in US for 2021 · 1. 7 포커 족보 Red Dog 마라톤 벳 Casino, 10bet New York · 아이 벳 2. Bovada, Las Vegas · 3. Café Casino, Las Vegas · 4. Planet Hollywood Casino, op사이트 Nevada · 5. Bovada